Selasa, 17 Oktober 2017

Latar Belakang Cuy



Peningkatan mutu dalam dunia pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam upaya pembaruan dalam sistem pendidikan. Upaya yang dilakukan tercermin dari adanya perubahan-perubahan kurikulum dan juga diberikan pelatihan-pelatihan. Kegiatan utama yang dilakukan dalam proses pendidikan sekolah adalah kegiatan pembelajaran. Pembelajaran itu sendiri yang menentukan kebehasilan tujuan pendidikan.
Pada pendidikan matematika khususnya di sekolah dasar diperlukan model pembelajaran yang dapat merangsang motivasi dan aktivitas siswa untuk aktif belajar agar materi yang disajikan dapat mudah dipahami. Sehingga diperlukan materi dalam pembelajaran matematika diajarkan dengan metode pembelajaran yang menarik bagi siswa, maka materi tersebut akan melekat dalam pikiran dan ingatan siswa. Selain itu media juga diperlukan pada saat penyampaian materi, agar materi yang diberikan mudah dipahami oleh siswa.
Menurut Ahmad Susanto (2016:183) Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Belajar matematika merupakan suatu syarat yang cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Karena dengan belajar matematika dapat bernalar secara kritis, kreatif dan aktif. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu.
Menurut Ahmad Susanto (2016:183) Pada usia siswa sekolah dasar (7-8) tahun hingga 12-13 tahun, menurut teori kognitif Piaget termasuk pada tahap operasional konkret. Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami matematika yang bersifat abstrak. Sehingga pada saat kegiatan pembelajaran aktivitasnya rendah, dan akan mempengaruhi hasil belajarnya.
Berdasarkan wacana diatas, upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang banyak melibatkan keaktifan siswa adalah model pembelajaran Number Heads Together, model ini memungkinkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Dalam pengetauannya dapat meningkatkan hasil belajarnya sedangkan pada ketrampilan dan sikap dapat dilihat dari aktivitasnya. Selain itu juga dibutuhkan media yang dapat digunakan untuk membantu pemahaman siswa seperti halnya media puzzle yang dapat membantu pemahaman dalam materi FPB dan KPK. Media puzzle ini dapat menambah ketrampilan siswa karena dilakukan secara kongkrit.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada hari sabtu 30 September 2017 dengan salah satu guru kelas IV Sekolah Dasar bahwa dalam proses pembelajaran siswa masih merasa bingung dalam memahami materi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa yang didapat masih rendah. Selain itu berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada hari senin 9 oktober faktor yang mempengaruhi adalah guru yang masih menggunakan pembelajaran konvensional yang diselingi dengan Tanya jawab dan belum menggunakan model pembelajaran sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru, bukan siswa. Hal ini ternyata dapat menghambat siswa dalam belajar aktif dan aktivitas yang dilakukan siswa terbatas. Dalam kegiatan pembelajaran juga belum menggunakan media sebagai alat pendukung kegiatan belajar mengajar, yang membuat siswa merasa bosan, kurang aktif, tidak menyenangkan, serta tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru sehingga akibatnya hasil belajar yang dicapai kurang maksimal.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gusti Ayu pada tahun 2014 yang berjudul “pengaruh model pembelajaran tipe numbered heads together berbantu media konkret terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V gugus 1 dalung kecamatan kuta utara” dari hasil penelitian yang dilakukan dengan penelitian eksperimen semu bahwa menunjukkan terdapat terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran numbered head together berbantu media konkret dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Dibuktikan dari hasil analisis diperoleh thitung =2,25> ttabel =2,000 dengan dk= 71 dan taraf signifikan 5%, dengan nilai rata-rata 80,3> 77,23.
Dari permasalahan diatas, peneliti menawarkan solusi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Numberead Heads Together yang dapat membuat siswa aktif dalam aktivitas belajar serta memberikan kesempatan siswa untuk memahami pengetahuan, ketrampilan mereka dan kerjasama. Selain itu juga dibantu dengan media puzzle yang dapat menambah pemahaman dalam menerima materi yang disampaikan.
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh Numberead Heads Together berbantu media puzzle terhadap hasil beajar ditinjau dari aktivitas belajar matematika siswa kelas IV Sekolah Dasar”.