Peningkatan mutu dalam dunia
pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam upaya pembaruan dalam sistem
pendidikan. Upaya yang dilakukan tercermin dari adanya perubahan-perubahan
kurikulum dan juga diberikan pelatihan-pelatihan. Kegiatan utama yang dilakukan
dalam proses pendidikan sekolah adalah kegiatan pembelajaran. Pembelajaran itu
sendiri yang menentukan kebehasilan tujuan pendidikan.
Pada pendidikan matematika
khususnya di sekolah dasar diperlukan model pembelajaran yang dapat merangsang
motivasi dan aktivitas siswa untuk aktif belajar agar materi yang disajikan
dapat mudah dipahami. Sehingga diperlukan materi dalam pembelajaran matematika
diajarkan dengan metode pembelajaran yang menarik bagi siswa, maka materi
tersebut akan melekat dalam pikiran dan ingatan siswa. Selain itu media juga
diperlukan pada saat penyampaian materi, agar materi yang diberikan mudah
dipahami oleh siswa.
Menurut Ahmad Susanto (2016:183) Matematika merupakan
salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari
tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Belajar matematika merupakan
suatu syarat yang cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Karena dengan belajar matematika dapat bernalar secara kritis, kreatif dan
aktif. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka
konsep-konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi
simbol-simbol itu.
Menurut Ahmad Susanto (2016:183) Pada usia siswa
sekolah dasar (7-8) tahun hingga 12-13 tahun, menurut teori kognitif Piaget
termasuk pada tahap operasional konkret. Berdasarkan perkembangan kognitif ini,
maka anak usia sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami
matematika yang bersifat abstrak. Sehingga pada saat kegiatan pembelajaran
aktivitasnya rendah, dan akan mempengaruhi hasil belajarnya.
Berdasarkan
wacana diatas, upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka perlu
dikembangkan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang
banyak melibatkan keaktifan siswa adalah model pembelajaran Number Heads
Together, model ini memungkinkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran,
mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Dalam pengetauannya dapat
meningkatkan hasil belajarnya sedangkan pada ketrampilan dan sikap dapat
dilihat dari aktivitasnya. Selain itu juga dibutuhkan media yang dapat
digunakan untuk membantu pemahaman siswa seperti halnya media puzzle yang dapat
membantu pemahaman dalam materi FPB dan KPK. Media puzzle ini dapat menambah
ketrampilan siswa karena dilakukan secara kongkrit.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada hari
sabtu 30 September 2017 dengan salah satu guru kelas IV Sekolah Dasar bahwa dalam
proses pembelajaran siswa masih merasa bingung dalam memahami materi
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa yang didapat masih rendah. Selain itu
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada hari senin 9 oktober faktor
yang mempengaruhi adalah guru yang masih menggunakan pembelajaran konvensional
yang diselingi dengan Tanya jawab dan belum menggunakan model pembelajaran
sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru, bukan siswa. Hal ini ternyata
dapat menghambat siswa dalam belajar aktif dan aktivitas yang dilakukan siswa
terbatas. Dalam kegiatan pembelajaran juga belum menggunakan media sebagai alat
pendukung kegiatan belajar mengajar, yang membuat siswa merasa bosan, kurang
aktif, tidak menyenangkan, serta tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh
guru sehingga akibatnya hasil belajar yang dicapai kurang maksimal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Gusti Ayu pada tahun 2014 yang berjudul “pengaruh model pembelajaran tipe
numbered heads together berbantu media konkret terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas V gugus 1 dalung kecamatan kuta utara” dari hasil
penelitian yang dilakukan dengan penelitian eksperimen semu bahwa menunjukkan
terdapat terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang
dibelajarkan melalui model pembelajaran numbered head together berbantu media
konkret dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Dibuktikan
dari hasil analisis diperoleh thitung =2,25> ttabel
=2,000 dengan dk= 71 dan taraf signifikan 5%, dengan nilai rata-rata 80,3>
77,23.
Dari permasalahan diatas, peneliti
menawarkan solusi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran Numberead Heads Together yang dapat membuat
siswa aktif dalam aktivitas belajar serta memberikan kesempatan siswa untuk
memahami pengetahuan, ketrampilan mereka dan kerjasama. Selain itu juga dibantu
dengan media puzzle yang dapat menambah pemahaman dalam menerima materi yang
disampaikan.
Berdasarkan latar belakang yang
telah disampaikan, maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh Numberead Heads
Together berbantu media puzzle terhadap hasil beajar ditinjau dari aktivitas
belajar matematika siswa kelas IV Sekolah Dasar”.